Pages

Labels

Sunday 23 June 2013

Aerogel Silika dari Lumpur Lapindo, Kenapa Tidak?


Lumpur panas Lapindo yang menyembur ke permukaan bumi saat dilakukannya pengeboran sumur migas oleh PT. Lapindo Brantas pada tanggal 27-28 Mei 2006 hingga kini memberikan dampak negatif masalah sosial dan ekonomi bagi lingkungan di sekitarnya. Semburan lumpur panas tersebut diprediksikan akan  terus berlangsung selama 31  tahun atau baru berhenti pada tahun 2038 mendatang


Di balik dampak negatifnya, kandungan senyawa dalam lumpur Lapindo ternyata berpotensi untuk diteliti lebih lanjut. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, kandungan senyawa dalam lumpur Lapindo adalah Na2O 1.57%, MgO 2.90%, Al2O3 25.07%, SiO2 54.92%, Cl 0.91%, K2O 2.32%, CaO 2.16%, dan FeO 10.15%, dengan demikian diperlukan sebuah alternatif  pemanfaatan lumpur menjadi material bentuk lain yang bernilai positif.

Kandungan zat silika (SiO2) yang cukup melimpah menunjukkan bahwa lumpur Lapindo berpotensi sebagai bahan pengganti pasir silika yang semakin sulit dicari. Beberapa penelitian memanfaatkan lumpur Lapindo sebagai batu bata, genteng, keramik, paving block, beton, hingga nanopartikel silika. Volume lumpur yang berlimpah dan kaya akan kandungan silika cukup berpotensi untuk dikelola secara lebih lanjut, mengingat bahwa  pangsa silika di sektor industri sangat terbuka lebar dan produk silika memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Sehingga tidak ada salahnya jika mencoba memanfaatkan lumpur Lapindo ini sebagai bahan dasar aerogel silika. Sintesis aerogel silika dari limbah lumpur Lapindo ini dilakukan melalui metode sol gel menggunakan tekanan ambien. Melalui penelitian ini, saya mencoba memodifikasi dan mengembangkan metode ekstraksi silika yang pernah dilakukan sebelumnya. Lumpur Lapindo yang telah dipreparasi direndam dalam NaOH dan disaring menggunakan kertas Whatman. Filtrat hasil penyaringan tersebut kemudian ditetesi HCl secara perlahan hingga terbentuk gel, yang merupakan intermediet dalam pembentukan aerogel silika. 
Hidrogel silika dicetak menggunakan syringe
Hidrogel Silika dari lumpur Lapindo

Karena metode penghilangan garam natrium oleh resin membutuhkan waktu yang lama dan kurang efektif dalam segi biaya, maka pencucian gel dilakukan secara lebih sederhana yakni dengan merendam gel dalam aquades atau air suling. Gel yang telah dicuci selanjutnya dikeringkan dalam desikator dan direndam dalam pelarut organik disertai penambahan trimetilklorosilan (TMCS) untuk memodifikasi permukaan aerogel menjadi hidrofobik. Aerogel dapat dihasilkan melalui pengeringan pada suhu tertentu secara perlahan menggunakan oven dan tanur. Melalui prosedur yang dilakukan dihasilkan aerogel silika dengan densitas rendah berwarna putih buram/opaque, seperti pada gambar di bawah ini.
Beberapa aerogel silika yang terbentuk

Aerogel yang dapat disintesis dari lumpur Lapindo memiliki sifat hidrofobisitas tinggi, ditunjukkan melalui gambar di bawah ini.

aerogel silika di atas permukaan air
aerogel silika yang disintesis mengapung di atas permukaan air
pembentukan liquid marble ketika aerogel silika ditetesi air
Sifat hidrofobik tersebut mendukung aerogel silika memiliki sifat lipofilik yakni kemampuan aerogel dalam menyerap minyak, seperti tertera pada gambar di bawah
Aerogel silika berubah warna setelah menyerap minyak
Kemampuan aerogel silika dalam menyerap minyak yang mencemari air

Sifat hidrofobisitas aerogel tersebut dapat diaplikasikan dalam pembuatan nanopartikel silika yang digunakan sebagai pelapis kain anti air. Sifat lipofilisitasnya dapat menjadikan aerogel sebagai media penyerap minyak di perairan.

No comments:

Post a Comment

 

Blogger news

Blogroll